Meningkatkan Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk Aedes  Secara Mandiri Oleh Masyarakat Dengan Inovasi Kelambu

Meningkatkan Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk Aedes  Secara Mandiri Oleh Masyarakat Dengan Inovasi Kelambu

Meningkatkan Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk Aedes  Secara Mandiri Oleh Masyarakat Dengan Inovasi Kelambu

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus dengue yang ditandai demam 2–7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan, penurunan trombosit (trombositopenia), adanya hemokonsentrasi yang ditandai kebocoran plasma (peningkatan hematokrit, asites, efusi pleura, hipoalbuminemia). Dapat disertai gejala-gejala tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri otot dan tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata.

Menurut data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019, kasus DBD yang dilaporkan pada tahun 2019 tercatat sebanyak 138.127 kasus. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2018 sebesar 65.602 kasus. Kematian karena DBD pada tahun 2019 juga mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2018 yaitu 467 menjadi 919 kematian. Sedangkan di Kabupaten Sleman berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman pada tahun 2018 terdapat 144 kasus dan 1 meninggal, dan tahun 2019 mengalami kenaikan menjadi 728 kasus dan 1 meninggal.

Tempat potensial untuk perindukan nyamuk Aedes aegypti adalah tempat penampungan air bersih yang digunakan sehari-hari, yaitu bak mandi/wc, tempayan, barang bekas, tonggak bambu, dan lain-lain.

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting di Kapanewon Mlati. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman pada tahun 2019 kasus Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja puskesmas Mlati 2 tercatat 50 kasus. Berdasarkan data Penyebaran Kasus DBD Tahun 2019, jumlah kasus DBD di wilayah Kalurahan Tlogoadi yaitu sebesar 38 % yaitu sebanyak 19 kasus dari 50 kasus DBD. Untuk kalurahan Tirtoadi sebesar 32% dan kalurahan Sumberadi sebesar 30%.

Vektor utama yang berperan dalam penularan DBD adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vektor sekunder. Tempat berkembangbiak umumnya pada container air buatan yang berada di lingkungan perumahan. Kemampuan telur nyamuk yang bertahan dalam keadaan kering membantu kelangsungan hidupnya selama kondisi waktu yang tidak menguntungkan. Bionomik nyamuk yang demikian akan mempermudah untuk berkembang biak dan menyebabkan kepadatannya selalu tinggi yang akan meningkatkan efektititasnya sebagai vektor penyakit.

Tujuan spesifik pengendalian vektor adalah menekan populasi vektor agar tidak menjadi masalah kesehatan. Titik lemah daur hidup Ae. Aegypti adalah pada stadium pradewasa yaitu telur, larva dan pupa, karena pada stadium pradewasa bersifat stasioner dengan tetap berada dalam habitat akuatiknya sepanjang waktu, sehingga relatif lebih mudah diintervensi.

Sesuai dengan Pedoman pencegahan dan pengendalian demam berdarah dengue di Indonesia (2017), cara yang dapat dilakukan saat ini dengan menghindari atau mencegah gigitan nyamuk penular DBD. Oleh karena itu upaya pengendalian DBD yang penting pada saat ini adalah melalui upaya pengendalian nyamuk Aedes, maka upaya pengendalian DBD memerlukan kerjsama dengan lintas program dan lintas sektor terkait serta peran serta masyarakat. Atas dasar tersebut salah satu strategi yang dilakukan pengendalian DBD yaitu pengendalian vektor penular DBD dengan mengedepankan upaya pemberdayaan masyarakat dan peran serta masyarakat dalam PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) 3M Plus.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut penulis melakukan inovasi pengendalian DBD dengan melakukan pemberdayaan masyarakat dengan KELAMBU   (Kegiatan Edukasi Pengendalian Nyamuk Bersama Unsur Masyarakat).

Tujuan dari inovasi ini adalah memberdayakan masyarakat dalam pengendalian DBD melalui keegiatan edukasi oleh unsur- unsur yang ada di lingkungan masyarakat tersebut.

Kegiatan inovasi KELAMBU meliputi :

  1. Pertemuan kader kesehatan lingkungan
  2. Pengadaan buku pemantauan kesehatan lingkungan dan PHBS dan modifikasi form monitoring PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)
  3. Pelaksanaan Monitoring PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) bersama masyarakat
  4. Pelaksanaan monitoring PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) oleh kader
  5. Usulan untuk dukungan dari lintas sektor
  6. Pembuatan media promosi pencegahan DBD

Tahapan pelaksanaan inovasi yang telah dilakukan yaitu koordinasi dengan lintas program, penguatan lintas sektor, mengusulkan kegiatan KELAMBU, pertemuan dengan kader kesehatan ingkungan bekerjasama dengan psikolog dan tenaga promosi kesehatan puskesmas mlati II, modifikasi formulir monitoring PSN, melaksanakan monitoring PSN secara mandiri oleh kader maupun Bersama-sama dengan puskesmas dan unsur masyarakat.

Hasil yang sudah diperoleh dari inovasi KELAMBU yaitu :

  1. Tersedianya media pemantauan jentik (buku pemantauan kesehatan lingkungan).
  2. Terbentuknya kader kader kesehatan lingkungan sebagai pelaksana inovasi.
  3. Terlaksanaya pertemuan kader kesehatan lingkungan.
  4. Terlaksananya kegiatan monitoring PSN oleh kader secara mandiri.
  5. Terlaksananya kegiatan monitoring PSN bersama dengan tokoh masyarakat (TOMA).
  6. Adanya dukungan kebijakan dan anggaran dari lintas sektor.
  7. Adanya rencana tindak lanjut oleh warga yang di rumahnya terdapat jentik nyamuk Aedes.

Pengendalian nyamuk Aedes merupakan cara utama yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit DBD. Keterlibatan unsur masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) sebagai salah satu cara yang efektif dalam pengendalian nyamuk Aedes.

Penulis : Dian Wahyu Subiyanto, SKM

Leave a Reply

Leave a Reply

%d bloggers like this: